- Back to Home »
- TERAPI HUMANISTIK
Posted by : Unknown
Senin, 06 April 2015
I. Terapi
Humanistik
A. Konsep dasar pandangan humanistik tentang kepribadian
Perhatian pada makna kehidupan merupakan hal yang membedakan antara psikologi
humanistik dan psikologi lain. Manusia bukanlah pelaku panggung masyarakat,
bukanlah pencari identitas tapi juga bukan pencari makna.
Carl rogers (bapak psikologi humanistik) memberikan gambaran
besar pandangan psikologis humanistik.
a) setiap
manusia hidup dalam pengalaman yang bersifat pribadi dimana dia, sang aku, atau
diriku menjadi pusat. perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu perepsi
manusia terhadap identitas diri yang bersifat fleksibel dan beruba-ubah yang
muncul dari satu medan fenomena.
b) individu
bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya, ia
bereaksi pada ''realita'' seperti apa yang dipersepsikan olehnya, dan dengan
cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
c) anggapan
adanya ancaman terhadap dirinya akan diikuti oleh pertahanan diri berupa
penyempitan dan pengakuan persepsi dan perilaku, penyesuaian serta penggunaan
mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi .
d)
kecenderungan batiniah manusia menuju kesehatan dan keutuhan diri dalam kondisi
yang normal, ia berperilaku rasional dan konstruktif serta memilih jalan munuju
pengembangan dan aktualisasi.
Dalam pandangan aliran ini, manusia pada dasarnya adalah baik
dan bahwa potensi manusia adalah tidak terbatas. Pandangan ini sangat
optimistik dan bahkan terlampau optimistik terhadap upaya pengembangan sumber
daya manusia, sehingga manusia dipandang sebagai penentu yang mampu melakukan
play god (peran tuhan). Karena tingginya kepercayaan terhadap manusia, maka
sangat mungkin muncul sikap membiarkan terhadap perilaku apapun yang dilakukan
orang lain.
B. Unsur Unsur terapi
1. munculnya
gangguan
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi
awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial,
menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas
pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan
sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan,
tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya
memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian
makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi
tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga
sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien
berpusat terapi.
2. Tujuan
Terapi
-
Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan
pertumbuhan.
- Menghapus
penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas
kesadaran diri.
-
Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan
sendiri.
3. Peran
Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik
memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
•Mengakui pentingnya
pendekatan dari pribadi ke pribadi
•Menyadari
peran dan tanggung jawab terapis
•Mengakui sifat
timbale balik dari hubungan terapeutik.
•Berorientasi
pada pertumbuhan
•Menekankan
keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
•Mengakui bahwa
putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
•Memandang
terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi
bagi tindakan kreatif dan positif.
•Mengakui
kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
•Bekerja kea
rah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
C. Tekhnik – tekhnik terapi humansitik
Sepanjang
proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan
hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif menantang dan
memahami klien.
Teknik-teknik
yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
1. Penerimaan
2. Rasa hormat
3. Memahami
4. Menentramkan
5. Memberi
dorongan
6.Pertanyaan
terbatas
7. Memantulkan
pernyataan dan perasaan klien
8. Menunjukan
sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
9. Bersikap
mengijinkan untuk apa saja yang bermakna
II . Person Therapy Centered ( Carl Rogers)
A. Konsep
Dasar Pandangan Karl Rogers tentang kepribadian
Sebagaimana ahli Humanistik umumnya, Rogers mendasarkan teori
dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya
yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan
sudah menjadi ciri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia
sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia
seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain. Konsep dasar menekankan pada
dorongan dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu yang berkembang, untuk
hidup sehat dan menyesuaikan diri.
·
Menekankan pada unsur atau aspek emosional dan tidak pada aspek
intelektual.
· Menekankan
pada situasi yang langsung dihadapi individu, dan tidak pada masa lampau.
. Menekankan
pada hubungan terapeutik sebagai pengalaman dalam perkembangan individu yang
bersangkutan.
B. Unsur - unsur terapi
1. Munculnya
gangguan
Carl Rogers (1902-1987), berpendapat bahwa orang-orang memiliki
kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan
diri. Gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain
menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri. Pendekatan
humanistic Rogers terhadap terapi Person Center Therapy, membantu pasien untuk
lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan
kondisi-kondisi penerimaan dan pengharagaan dalam hubungan terapeutik.
2. Tujuan
Terapi
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan –
tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi
adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis
memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan –
perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan
perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang
tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan
kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa
memberi penilaian.
3. Peran
Terapis
Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada
cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di
rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap –
sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan,
teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri
sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang
membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis
menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali.
Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan
di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa
yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah
esensial.
C. Tekhnik – Tekhnik Terapi
Untuk terapis
person – centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting daripada
teknik. Rogers, percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah cukup
terapi, yaitu :
1.
Empathy
2.
Positive Regard (acceptance)
3.
Congruence
Empati adalah
kemampuan terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan
pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama
dan bukan berpikir tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang
ada makin menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor
yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang
membawa perubahan dan pembelajaran.
Positive Regard
yang di kenal juga sebagai akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk
klien sebagai pribadi – sangat menghargai klien karena keberadaannya.
Congruence /
Kongruensi adalah kondisi transparan dalam hubungan tarapeutik dengan tidak
memakai topeng atau pulasan – pulasan. Menurut Rogers perubahan kepribadian
yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.
III Logotherapi (frankl)
A. Konsep
Dasar Tentang Kpribadian
Kerangka pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika
kepribadiannya dapat digambarkan sebagai berikut: Setiap orang selalu
mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan
itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat sampingan dari
keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to
meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna
(meaningful life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah
kebahagiaan (happiness). Di lain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi
motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan
hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari penghayatan
hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak teratasi dapat
mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis) mengembangkan karakter
totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).
B. Unsur – Unsur Terapi
1. Munculnya
Gangguan
Logoterapi inibiasanya dilakukan untuk klien-klien yang
mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), karena biasanya orang yang
stres akibat trauma cenderung menyalahkan dirisendiri bahkan bisa ke resiko
mencederai diri dan orang lain.
2. Tujuan
Terapi
Tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
a. memahami
adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap
orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
b. menyadari
bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan
bahkan terlupakan.
c. memanfaatkan
daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak
kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk
meraih kualitas hidup yang lebih bermakna
3. Peran
Terapis
Peranan dan Kegiatan Terapis Menurut
Semiun (2006) terdapat beberapa peranan dan kegiatan terapis dapat dikemukakan
secara singkat di bawah ini.
1. Menjaga
hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah.
Terapis pertama-tama harus menciptakan
hubungan antara klien dengan mencari keseimbangan antara dua ekstrem, yakni
hubungan yang akrab (seperti simpati) dan pemisahan secara ilmiah (menangani
klien sejauh ia melibatkan diri dalam teknik terapi).
2.
Mengendalikan filsafat pribadi
Maksudnya adalh terapis tidak boleh
memindahkan filsafat pribadi pada klien, karena logotherapy digunakan untuk
menangani masalah-masalah yang menyangkut nilai-nilai dan masalah spiritual,
seperti aspirasi terhadap hidup yang bermakna, makna cinta, makna penderitaan,
dan sebagainya.
3. Terapis
bukan guru atau pengkhotbah
Terapis adalah seorang spesialis mata
dalam pengertian bahwa ia memberi kemungkinan kepada klien untuk melihat dunia
sebagaimana adanya, dan bukan seorang pelukis yang menyajikan dunia sebagaimana
ia sendiri melihatnya.
4. Memberi makna
lagi pada hidup
Salah satu tujuan logotherapy adalah
menemukan tujuan dan maksud keberadaannya. Kepada klien bahwa setiap kehidupan
memiliki potensi-potensi yang unik dan tugas utamanya adalah menemukan
potensi-potensi itu. Pemenuhan tugas ini memberi makna pada kepada hidupnya.
5. Memberi
makna lagi pada penderitaan
Di sini, terapis harus menekan bahwa
hidup manusia dapat dipenuhi tidak hanya dengan menciptakan sesuatu atau
memperoleh sesuatu, tetapi juga dengan menderita. Manusia akan mengalami
kebosanan dan apati jika ia tidak mengalami kesulitan atau penderitaan.
6. Menekankan
makna kerja
Tugas terapis adalah memperlihatkan makan pada
pekerjaan itu sehingga nilai-nilai yang dimiliki oleh orang-orang yang bekerja
berubah. Tanggunga jawab terhadap hidup dipikul oleh setiap orang dengan
menjawab kepada situasi-situasi yang ada. Ini dilakukan bukan dengan perkataan,
melainkan dengan tindakan. Kesadaran akan tanggung jawab timbul dari kesadaran
akan tugas pribadi yang konkret dan unik.
7. Menekankan
makna cinta
Tugas terapis adalah menuntut klien
untuk mencintai dalam tingkat spiritual atau tidak mengacaukan cinta seksual
dengan cinta spiritual yang menghidupi pengalaman orang lain dalam semua
keunikan dan keistimewaannya.
C. Tekhnik – tekhnik Logotherapy
· Intensi
Paradoksikal
Teknik intensi paradoksikal merupakan teknik yang dikembangkan
Frankl berdasarkan kasus kecemasan antispatori, yaitu kecemasan yang
ditimbulkan oleh antisipasi individu atas suatu situasi atau gejala yang
ditakutinya. Intensi paradoksikal adalah keinginan terhadap sesuatu yang
ditakuti.
· Derefleksi
Derefleksi merupakan teknik yang mencoba untuk mengalihkan
perhatian berlebihan ini pada suatu hal di luar individu yang lebih positif.
Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia.
Dengan teknik ini individu diusahakan untuk membebaskan diri dan tak
memperhatikan lagi kondisi yang tidak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan
perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat. Dengan berusaha
mengabaikan keluahannya, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat,
gejala, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala hyper
intention akan menghilang (Bastaman, 1995).
· Bimbingan
Rohani
Bimbingan rohani adalah metode yang khusus digunakan terhadap
pada penanganan kasus dimana individu berada pada penderitaan yang tidak dapat
terhindarkan atau dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak
mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode ini, individu didorong
untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap
penderitaanya dalam rangka menemukan makna di balik penderitaan tersebut.
Sumber :
Semium, Yustinus.
(2006). Kesehatan mental 3. Kanisius:Yogjakarta
Feist, Jess dan
Feist, Gregory. (2010). Teori Kepribadian. New York: Salemba Huanika
Corey, Gerald
(1996). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. USA: Brooks Cole
Lubis, Lumongga
Namora (2011). Memahami Dasar-dasar
Konseling dalam Teori dan
Praktik. Jakarta: KencanaPrenada Media Group