Reivew Jurnal Sofkill
Judul
: Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja individual dengan self esteem dan
self efficacy sebagai variabel intervening.
Penulis : Cecilia Eng.
Jurna l
: Bisnis & Akutansi
Volume :10
No : 1
Bulan
: April
Tahun
: 2008
Hal
: 1-12
LATAR
BELAKANG
Banyak penelitian-penelitian
akuntansi yang mencoba mencari pemahaman hubungan antara kepuasan kerja dan
kinerja individual. Beberapa penelitian menyatakan bahwa ada hubungan positif
antara kepuasan kerja dan kinerja individual (Parker dan Kleemeir 1951; Vroom
1960; dan Strauss 1968 dalam Maryani dan Supomo 2001). Penelitian yang menguji
hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja individual masih tidak jelas. Meta
analisis yang dilakukan oleh Iffaldano dan Muchinsky (1986) menemu-kan korelasi
yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh
Ostroff (1992) memberikan bukti empiris bahwa kepuasan kerja tidak mempunyai
hubungan yang signifikan dengan peningkatan kinerja individual. Ketidakjelasan hubungan
antara kepuasan kerja dan kinerja individual mendorong peneliti untuk
mela-kukan pengujian kembali hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja
individual dengan menggunakan self esteem dan self efficacy sebagai variabel
pemediasi.
Untuk melihat apakah
self esteeem dan self efficacy dapat memediasi hubungan antara kepuasan kerja
dan kinerja individual, dimana self esteem adalah suatu keyakinan nilai diri
sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan. Perasaan-perasaan self
esteem, pada kenyataannya terbentuk oleh keadaan kita dan bagaimana orang lain
memperlakukan kita. Seseorang dengan self esteem yang tinggi akan melihat
dirinya berharga, mampu dan dapat diterima. Orang dengan self esteem rendah
tidak merasa baik dengan dirinya (Kreitner dan Kinicki 2003), sedangkan Self
efficacy ada-lah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil
mencapai tugas tertentu (Kreitner dan Kinicki 2003). Penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan objek yaitu dosen karena melihat fenomena yang
terjadi ada beberapa dosen merasa dirinya tidak berarti di lingkungannya
sehingga membuatnya merasa terasing, minder dan jika memiliki keyakinan bahwa
dia tidak mampu untuk menjalani tugasnya sebagai seorang dosen yang harus
mengajar, melakukan penelitian-penelitian menjadikan profesinya sebagai suatu
beban sehingga dapat menurunkan kepuasan dan kinerjanya. Seseorang yang
memiliki self esteem yang tinggi akan merasa dirinya begitu berharga, berarti
dan jika dia memilki self efficacy yang tinggi akan merasa yakin dengan
kemampuannya untuk berhasil. Hal ini sangat mendukung karier maupun kinerjanya
sebagai seorang dosen.
RUMUSAN
MASALAH
perumusan masalah
penelitiannya adalah apakah terdapat pengaruh positif antara kepuasan kerja
terhadap self esteem, kepuasan kerja terhadap self efficacy, kepuasan kerja terhadap
kinerja individual, self esteem terhadap self efficacy, self esteem terhadap
kinerja individual dan self efficacy terhadap kinerja individual.
TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan penelitian ini
adalah untuk menemukan bukti empiris tentang keberadaan a) efek positif
kepuasan kerja terhadap harga diri, b) efek positif kepuasan kerja terhadap
efikasi diri, c) efek positif dari kinerja kepuasan kerja, d) efek positif
harga diri padaself efficacy, e) efek positif dari harga diri pada prestasi
kerja, f) efek positif dari self efficacy pada kinerja pekerjaan.
KAJIAN
PUSTAKA
Kepuasan
Kerja
Kepuasan kerja dapat
dipahami melalui tiga aspek. Pertama, kepuasan kerja merupakan bentuk respon
pekerja terhadap kondisi lingkungan pekerjaan. Kedua, kepu-asan kerja sering
ditentukan oleh hasil pekerjaan atau kinerja. Ketiga, kepuasan kerja terkait
dengan sikap lainnya dan dimiliki oleh setiap pekerja (Luthans 1995).
Self
Esteem
Self esteem adalah suatu
keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan. Perasaan-perasaan
self esteem, pada kenyataannya terbentuk oleh keadaan kita dan bagaimana orang
lain memperlakukan kita
Self
Efficacy
Self efficacy adalah
keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk ber-hasil mencapai tugas tertentu
(Kreitner dan Kinicki 2003). Menurut Philip dan Gully (1997), self efficacy
dapat dikatakan sebagai faktor personal yang membedakan setiap individu dan
perubahan self efficacy dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
terutama dalam penyelesaian tugas dan tujuan
Kinerja
Individual
Kinerja individual
mengacu pada prestasi kerja individu yang diatur berdasar-kan standar atau
kriteria yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi. Kinerja individual yang
tinggi dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Penelitian
Goodhue dan Thompson (1995) menyatakan bahwa pencapaian kinerja individual
berkaitan dengan pencapaian serangkaian tugas-tugas individu.
HPOTESIS
H1: Kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap self
esteem
H2: Kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap self
efficacy
H3: Kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap
kinerja individual
H4: Self esteem memiliki pengaruh positif
terhadap self efficacy
H5: Self esteem memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja individual
H6: Self efficacy memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja individual
METODE
PENELITIAN
Pemilihan
Sampel dan Pengumpulan Data
Data penelitian
dikumpulkan dengan kuisioner yang disebarkan kepada sampel mahasiswa Magister
Sains Universitas Gadjah Mada yang berprofesi sebagai dosen. Pengumpulan data dilakukan selama 3 minggu,
kuisioner disebarkan secara langsung oleh peneliti maupun oleh rekan peneliti.
Dari 45 kuisioner yang kembali telah diperiksa secara teliti oleh penulis dan
ada 2 kuisioner yang tidak lengkap dan tidak dapat digunakan, sehingga yang
dapat dianalisa lebih lanjut adalah 43 kuisioner sebagai sampel dalam
penelitian ini.
Pengukuran
Variabel
Variabel kepuasan kerja diukur dengan menggunakan
instrumen yang dikem-bangkan oleh Weiss et al. (1967) dengan minnesota
satisfaction questionare (MSQ) dan instrumen ini juga digunakan pada
disertasi doktoral Indriantoro (1997).
Variabel kinerja
individual diukur dengan menggunakan instrumen yang di-kembangkan oleh Flippo
(1984) dengan 10 pertanyaan yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas
yang telah teruji. Variabel self esteem diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan oleh Rosenberg (1965) yang telah diterjemahkan dan digunakan
oleh Azwar (2003) dengan 10 pertanyaan yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas
yang telah teruji.
Variabel self efficacy
diukur dengan menggunakan instrumen yang dikem-bangkan oleh Bandura (1977) dan
digunakan oleh Jones (1986). Instrumen yang ber-kaitan dengan self efficacy
terdiri dari 8 item pertanyaan.
KESIMPULAN
Penelitian ini menguji
enam hipotesis untuk melihat bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja
individual dengan self esteem dan self efficacy sebagai varaibel pemediasi.
Dari hasil pengujian 6 hipotesis, ada 2 hipotesis yang tidak terdu-kung yaitu
hipotesis 1 yang mengukur hubungan antara kepuasan kerja dan self esteem. Hasil
ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Judge dan Bono (2001).
Hipotesis yang tidak terdukung juga pada hipotesis 5 yang mengukur hubungan
antara self esteem dan kinerja individual. Hasilnya menunjukkan bahwa self
esteem memiliki hubungan negatif dengan kinerja individual. Sedangkan hipotesis
2, hipotesis 3, hipo-tesis 4, hipotesis 6 terdukung. Penelitian ini juga
berhasil menguji atau menemukan bahwa variabel self esteem dan self efficacy
dapat memediasi hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja individual.
PENDAPAT
KELOMPOK
Menurut kelompok kami
penelitian sudah sangat bagus karena menggunakan instrument yang lengkap,
teruji validitas dan reliabelnya. Dapa
penelitian ini juga disajikan hasil dari penelitian sehingga menbuat pembaca
lebih mengerti, namun menurut kelompok kami perlu di perbaiki keterbatasan
penelitian yang disampaikan pada jurnal bahwa kurang representatif dengan
sampel yang diambil hanya mahasiswa S2 UGM jurusan ilmu-ilmu sosial yang
berprofesi sebagai dosen. Semoga penelitian selanjutnya dapat menutupi
keterbatasan pada penelitian ini.
Nama : Fanni Juliyani
NPM : 12512750
Kelas : 4PA06
Review Jurnal Motivasi
JUDUL : PENGARUH JOB
ENRICHMENT TERHADAP MOTIVASI, KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA PT. NUTRIFOOD INDONESIA SURABAYA
PENULIS : Andreas
Ongkowidjojo
LATAR BELAKANG
Motivasi dapat ditingkatkan melalui berbagai cara, antara
lain dengan memberikan Job Enrichment
pada para karyawan (Raza dan nawaz, 2011). Dengan memberikan tanggung jawab
yang lebih besar kepada karyawan melalui Job
Enrichment, maka para karyawan akan menjadi lebih termotivasi untuk dapat
memenuhi tanggung jawab yang dibebankan oleh perusahaan. Jadi salah satu faktor
yang dapat memotivasi karyawan adalah tingkat tanggung jawab yang diberikan
oleh perusahaan.
Job
Enrichment juga dapat meningkatkan
kepuasan dan komitmen pada perusahaan. Dengan pemberian tanggung jawab yang
besar pada karyawan maka karyawan akan merasa lebih puas karena hasil kerjanya mendapat
pengakuan. Job Enrichment memberikan
sejumlah keuntungan seperti lebih banyak karyawan yang merasa puas, pelanggan
merasa puas dengan pelayanan, mengurangi pekerjaan karyawan yang melebihi kapasitas,
dan mengurangi kesalahan yang dilakukan karyawan.
A.
PERUMUSAN
MASALAH
1. Apakah Job
Enrichment berpengaruh terhadap Motivasi pada karyawan PT. Nutrifood
Indonesia Surabaya?
2. Apakah Job
Enrichment berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja pada karyawan PT. Nutrifood
Indonesia Surabaya?
3. Apakah Job
Enrichment berpengaruh terhadap Komitmen Organisasional pada karyawan PT.
Nutrifood Indonesia Surabaya?
B.
TUJUAN
PENELITIAN
1. Pengaruh Job
Enrichment terhadap Motivasi pada karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya.
2. Pengaruh Job
Enrichment terhadap Kepuasan Kerja pada karyawan PT. Nutrifood Indonesia
Surabaya.
3. Pengaruh Job
Enrichment terhadap Komitmen Organisasional pada karyawan PT. Nutrifood
Indonesia Surabaya.
C.
TINJAUAN
PUSTAKA
Job Enrichment
(Pengayaan Pekerjaan) Menurut Mathis dan
Jackson (2006) Job Enrichment adalah
peningkatan kedalam sebuah pekerjaan dengan menambah tanggung jawab untuk
merencanakan, mengatur, mengendalikan, dan mengevaluasi pekerjaan.
Motivasi
Kerja
Menurut
As’ad (2002:45) motivasi kerja didefinisikan sebagai sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi biasa disebut sebagai
pendorong atau semangat kerja. Sedangkan menurut Robbins (2002:166), motivasi
sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan
organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu
kebutuhan individu. Sementara motivasi umum bersangkutan sengan upaya ke arah
setiap tujuan yang fokusnya dipersempit terhadap tujuan organisasi. Ketiga
unsur kunci dalam definisi ini adalah upaya, tujuan, dan kebutuhan.
Kepuasan
Kerja
Handoko
(2001:193) mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan
mereka. Adapun menurut Kuswadi (2004:13) kepuasan kerja merupakan ukuran sampai
seberapa jauh perusahaan dapat memenuhi harapan karyawannya yang berkaitan
dengan berbagai aspek dalam pekerjaan dan jabatannya. Kepuasan kerja adalah
sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, yang menunjukkan perbedaan atnara
jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya
mereka terima (Wibowo, 2007:229)
Komitmen
Organisasional
Sheldon
dalam Oktorita, et al., (2001) menyatakan bahwa komitmen sebagai atau orientasi
terhadap perusahaan yang menghubungkan identitas seseorang pada perusahaannya.
Robins dalam Oktorita, et al., (2001) menambahkan pengertian komitmen sebagai
suatu sikap yang menggambarkan orientasi karyawan terhadap perusahaan.
Sementara Miner dalam Oktorita, et al., (2001) menyatakan bila ditinjau dari
segi sikap, pengertian komitmen adalah kekuatan relatif dari keterlibatan
karyawan dan identifikasi karyawan terhadap perusahaan dimana ia bekerja.
D.
HIPOTESIS
H1:
Job Enrichment berpengaruh terhadap
Motivasi kerja pada karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya.
H2:
Job Enrichment berpengaruh terhadap
Kepuasan Kerja pada karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya.
H3:
Job Enrichment berpengaruh terhadap
Komitmen Organisasional pada karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya
METODE
PENELITIAN
A.
IDENTIFIKASI VARIABEL
1.
Variabel Eksogen (X):X1: Job Enrichment,
2.
Variabel Endogen (Y): Y1 : Motivasi kerja, Y2: Kepuasan Kerja, dan Y3: Komitmen
Organisasional
B.
SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Sampel
dari penelitian ini sebanyak 106 orang. Alasan mengambil jumlah sampel 106
orang ialah karena jumlah karyawan di PT. Nutrifood Indonesia Surabaya yang
berjumlah 106 orang maka seluruh populasi dijadikan sampel karena telah
memenuhi syarat minimum sample sebanyak 100 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling, dengan kriteria repsonden telah bekerja selama lebih
dari 1 tahun di karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya, serta merupakan karyawan
tetap PT. Nutrifood di Surabaya.
C.
TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linear sederhana.
D.
KESIMPULAN
1. Job
Enrichment berpengaruh signifikan
dan positif terhadap motivasi kerja. Hal ini berarti bahwa Job Enrichment yang tinggi dapat meningkatkan motivasi kerja
karyawan.
2. Job
Enrichment berpengaruh signifikan
dan positif terhadap kepuasan kerja. Hal ini berarti bahwa Job Enrichment yang tinggi dapat meningkatkan kepuasan kerja
karyawan.
3. Job
Enrichment berpengaruh signifikan
dan positif terhadap komitmen organisasional Hal ini berarti bahwa Job Enrichment yang tinggi dapat
meningkatkan komitmen organisasional karyawan.
PENDAPAT
KELOMPOK
Menurut
kelompok kami penilitian ini sudah cukup baik. Tes yang digunakan juga cukup
mewakilkan untuk mengungkap pengaruh Job
Enrichment pada karwayan. Namun dalam jurnal penelitian ini masih kurang
dalam hal latar belakang kenapa ingin membuat jurnal ini, dan hasil dari dari
penelitian tidak di perlihatkan hanya terdapat kesimpulan, kemudian jurnal ini
tidak memiliki syarat lengkap sebagai jurnal ilmiah seperti di cantumkannya
volume,halaman dan tahun.
REVIEW JURNAL MOTIVASI
Penulis
Jurnal :
Anak Agung Putu Chintya Putri Suardana dan Nicholas Simarmata
Judul :
Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Kecemasan pada Siswa Kelas
VI Sekolah Dasar di Denpasar Menjelang Ujian Nasional
Jurnal
: Psikologi
Volume : 1
No : 1
Tahun : 2013
Hal : 203-212
LATAR BELAKANG
Terlampau
cemas dan takut menjelang ujian, justru akan menganggu kejernihan pikiran dan
daya ingat untuk belajar dengan efektif sehingga mengganggu kejernihan mental
yang amat penting untuk dapat mengatasi ujian (Goleman, 1997).
Pelaksanaan
Ujian Nasional menimbulkan kecemasan bagi siswa. Ujian akhir sekolah atau saat
ini sering disebut Ujian Nasional merupakan salah satu sumber kecemasan siswa
(Santrock, 2007). Ujian Nasional yang dapat menentukan kelulusan siswa dapat
mengakibatkan kekhawatiran dan rasa was-was (rasa takut yang belum pasti).
Ketika kecemasan menjadi sebuah ketakutan yang berlebihan, tentu saja akan
mengganggu psikis dan mental siswa. Akibatnya, soal-soal yang seharusnya
biasanya mampu dijawab oleh siswa di sekolah, seakan menjadi soal yang tidak
mampu dijawab (Alhudaya, 2012).
Aswandi
(dalam Nurlaila, 2011) mengatakan bahwa Ujian Nasional yang diselenggarakan
pada tahun 2008 lalu dinilai sangat berat dan membuat peserta Ujian Nasional
merasa takut, tertekan, dan depresi menghadapi ujian dan sangat tidak menutup
kemungkinan berdampak pada gangguan psikologis, jika nantinya gagal atau tidak
lulus Ujian Nasional. Kecemasan juga menghinggapi siswa sekolah dasar kelas VI
karena siswa kelas VI dituntut untuk lulus, dalam rangka menunjukkan
keberhasilan belajar setelah menempuh masa pendidikan di sekolah dasar.
A. Kajian
Pustaka
Menurut Taylor (2006), kecemasan merupakan suatu pengalaman
subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum
dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa tidak aman. Perasaan
yang tidak menyenangkan umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti
gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala
psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan
sebagainya).
Menurut Atkinson (1996) kecemasan adalah emosi yang tidak
menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran,
keprihatinan, dan rasa takut yang kadang-kadang dialami individu dalam
tingkatan yang berbeda-beda. Chaplin (2001) menjelaskan bahwa pada dasarnya
kecemasan akan menyertai disetiap kehidupan manusia terutama bila dihadapkan
pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri individu yang
ditandai dengan munculnya rasa dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Dari pengertian ini mengandung tiga unsur penting, yaitu (McDonald,
2009):
1) Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan
energi pada diri setiap individu
2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa, afeksi
individu
3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan
Good & Brophy (dalam Syah, 2011) menyatakan bahwa
belajar merupakan sustu proses interaksi yang dilakukan individu dalam
memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman itu sendiri (belajar).
Iskandar (2009) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah
daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman. Motivasi ini tumbuh
karena ada keinginan untuk mengetahui dan memahami sesuatu dan mendorong serta
mengarahkan minat belajar siswa sehingga sungguh-sungguh untuk belajar dan
termotivasi untuk mencapai prestasi
Motivasi belajar dibagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi
motivasi intrinsik dan dimensi motivasi ekstrinsik. Sardiman (2011) menyatakan
bahwa motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu didorong dari luar, karena dalam diri setiap individu
sudah ada dorongan untuk mMotivasi ekstrinsik menurut Sardiman (2011) adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya dorongan dari
luar.elakukan sesuatu.
B. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
hal-hal tersebut maka peneliti ingin mengetahui hubungan antara motivasi
belajar dan kecemasan pada siswa kelas VI sekolah dasar di Denpasar menjelang
Ujian Nasional
C. Manfaat
Penelitian
Manfaat
Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi
serta menambah khasanah penelitian khususnya yang berkaitan dengan kecemasan
siswa kelas VI sekolah dasar menjelang Ujian Nasional.
Manfaat
praktis dari penelitian ini yaitu bagi siswa sekolah dasar dapat mengatur diri
dan mengatur waktu belajar yang baik dengan cara membuat jadwal belajar yang
teratur sehingga siswa siap dalam mengahadapi Ujian Nasional, bagi kepala
sekolah dan guru agar dapat merancang strategi belajar seperti membuat jadwal
bimbingan belajar tambahan terhadap mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian
Nasional, dan bagi orang tua agar memberikan perhatian seperti memberikan izin
untuk mengikuti bimbingan pelajar tambahan di sekolah serta oramg tua selalu
menyempatkan untuk memberikan perhatian dan waktu luang dalam membimbing
putra-putrinya belajar di rumah.
METODE
A. Pendekatan
Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif korelasional.
B. Variabel
Penelitian
Dalam
penelitian ini motivasi belajar merupakan variabel bebas dan kecemasan
merupakan variabel tergantung.
C. Responden
Penelitian
Subjek
dalam penelitian ini merupakan 100 siswa kelas VI di salah satu sekolah dasar
di Denpasar. Pemilihan subjek dilakukan dengan metode cluster random sampling.
Responden ditetapkan dengan kriteria berusia 11-12 tahun, laki-laki dan perempuan,
sehat jasmani dan rohani, mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dan
bersedia menjadi responden.
D. Tempat
penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan bulan Februari, pada saat siswa kelas VI sekolah dasar sedang
menjalani masa try out dalam rangka menjelang Ujian Nasional. siswa sekolah
dasar Negeri Tulanganmpiang Denpasar.
E. Alat
ukur
Dalam
penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah untuk melihat hubungan antara
motivasi belajar dan kecemasan pada siswa kelas VI sekolah dasar di Denpasar
menjelang Ujian Nasional. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah skala sikap model Likert. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Skala Motivasi Belajar dan Skala Kecemasan yang akan dibuat sendiri oleh
peneliti.
F. Metode
pengumpulan data
Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dua jenis
skala, yaitu skala untuk mengukur motivasi belajar dan skala untuk mengukur
kecemasan. Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan 100 skala yang dibagi
kepada 100 subjek. Jumlah skala yang kembali berjumlah 100 skala dan dapat
dipergunakan dengan baik untuk dianalisis.
G. Teknik
analisis data
Analisis
data yang akan dipakai yaitu dengan menggunakan metode teknik korelasi product
moment dari Karl Pearson.
HASIL PENELITIAN
Dari
keseluruhan analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan negatif yang sangat signifikan antara motivasi belajar dan kecemasan
pada siswa kelas VI sekolah dasar menjelang Ujian Nasional. Hal ini dapat
dilihat dari koefisien korelasi (r) sebesar (-) 0,303 dan angka probabilitas p
= 0,000. Sumbangan variabel motivasi belajar terhadap kecemasan dapat dilihat
dari koefisien determinasi (r2) yaitu 0,092 yang memiliki arti bahwa sumbangan
variabel motivasi belajar terhadap variabel kecemasan sebesar 9,2%, sedangkan
90,8% dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel motivasi belajar.
TANGGAPAN KELOMPOK
Pendapat
dari kelompok kami mengenai review jurnal tersebut bahwa jurnal tersebut sudah
cukup baik dan memberikan informasi-informasi mengenai motivasi belajar dan
kecemasan serta dapat membantu pelajar-pelajar dalam menghadapi kecemasan saat
menjelang Ujian Nasional khususnya pada pelajar Sekolah Dasar. Tema yang
dipilih dalam penulisan jurnal tersebut juga sederhana dan sesuai dengan
fenomena-fenomena yang sedang terjadi sekarang sehingga kami harap dalam
penulisan jurnal tersebut dapat bermanfaat dan dimanfaatkan sebijak mungkin.