- Back to Home »
- KASUS DAN STRATEGI PENANGANANNYA
Posted by : Unknown
Rabu, 17 Desember 2014
KASUS
STRES KERJA MENYEBABKAN KEMATIAN
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK
:
1.
Yenti Astuti : 175112804
2.
Fanni Juliyani : 12512750
3.
Lulu Yolanda Syifa : 14512271
4.
Revina Astrid G.W : 16512171
5.
Rini Tri Andriani : 16512827
6.
Sanny Marsheila : 16512414
Stress
Kerja Menyebabkan Kematian
Dokumen
Foto yang diambil tanggal 24 Feb 2010, terlihat seorang wakil pembicara dan
karyawan yang berkumpul di luar pabrik Foxconn di Shenzhen, Provinsi Guangdong
Cina selatan. “Perusahaan hanya mementingkan kepentingan bisnisnya dengan
memeras tenaga karyawan, sementara upah pekerjanya sendiri masih sangat rendah,
ironisnya karyawan tidak berdaya akan kebijakan ini”. Pemogokan di Perusahaan
Honda Motor dan serentetan bunuh diri karyawan di Foxconn Technology (produsen
raksasa elektronik untuk industri seperti Apple, Dell dan Hewlett-Packard)
membuat Pemerintah Cina harus melakukan pertemuan dengan perwakilan Management
Perusahaan.
Seorang
Insinyur berumur 28 tahun yang bekerja untuk Foxconn (pembuat iPhone, iPads dan
gadget elektronik lainnya termasuk Apple Inc) meninggal dunia “kematiannya
mendadak” di rumahnya di dekat pabrik Foxconn Shenzhen di provinsi Guangdong
China selatan. Penyebab kematian sedang diselidiki dan “kita sedang
mengumpulkan informasi-informasi pendukung penyebab kematian insinyur ini
termasuk keterkaitannya dengan pekerjaan,” kata salah satu perwakilan
management perusahaan.
Surat
kabar Ming Pao di Hong Kong, melaporkan bahwa salah satu kerabat dekat Insinyur
mengklaim kematian rekan kerjanya itu dikarenakan “stres kerja”, setelah
bekerja 34 jam tanpa istirahat. Dampak dari laporan surat kabar yang terbit
langsung direspon positif oleh Perusahaan dengan mengumumkan pemberian 30
persen bonus pada karyawannya untuk meningkatkan dan membantu terciptanya
lingkungan kerja yang lebih baik selain itu kerja lembur karyawan akan
dikurangi sehingga bisa lebih banyak waktu untuk beristirahat. Aktivis
ketenagakerjaan menuduh perusahaan memiliki gaya manajemen yang kaku, dan
karyawannya dipaksakan untuk bekerja terlalu keras, namun Foxconn menyangkal
tuduhan ini.
Dalam
setahun ini di Perusahaan Foxconn “Sepuluh pekerjanya telah bunuh diri dan tiga
lainnya melakukan percobaan bunuh diri, rata-rata mereka tewas karena terjun
dari atas bangunan.
Perwakilan
Foxconn Terry Gou berjanji untuk berusaha mencari jalan keluar agar kejadian
bunuh diri maupun percobaan yang dilakukan karyawan tidak terjadi lagi
kedepannya. Pantes aja di Batam banyak perusahaan yang gulung tikar dan pindah
ke Cina, ternyata ini alasannya. Menekan cost dengan mencari tenaga yang
lebih murah dan itu adanya cuma di Cina. Dasar perusahaan PELIT, mau kaya tapi
tidak mau keluar duit lebih. Nasib…nasib jadi Buruh Kerja.
ULASAN
Kasus ini menerangkan
mengenai aksi protes para pekerja Foxconn di China yang mengatakan bahwasanya
pihak perusahaan tidak memikirkan hak para pekerja. Upah yang diberikan tidak
setimpal dengan apa yang dikerjakan. Hal tersebut terbukti dengan tewasnya
salah satu karyawan PT.Foxconn yang mati dirumahnya akibat stress kerja. Stress
yang dialami pekerja tersebut dikarenakan perusahaan menuntut untuk bekerja
keras tanpa istirahat.
Berdasarkan
kasus diatas para pekerja telah mengalami dampak psikologis yang cukup
membahayakan karena sampai melakukan bunu diri hanya karena stress dengan
pekerjannya. Stres yang dialami oleh pekerja tersebut ialah sesuai dengan
pengertian menurut Palupi (2003) yang menyatakan bahwa stres kerja merupakan
ketegangan yang dengan mudah muncul akibat kejenuhan yang timbul dari beban
kerja yang berlebihan, tuntutan tugas yang mendukung terjadinya hal tersebut.
Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor penunujang lainnya seperti
halnya bertembahnya tanggung jawab tanpa adanya penambahan upah. Sehingga
membuat para pekerja tidak dapat memenuhi kebutuhan hierarkinya berdasarkan
teori Masslow. Diataranya mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan psikologis
mereka seperti halnya pangan sandang dan papan.
Hal
tersebut dikarenakan upah yang mereka terima tidak setimpal atau tidak
mencukupi. Solusi yang tepat adalah dengan merubah sistem kerja yang ada
diperusahaan agar dapat memebri kenyamanan kepada para pekerjanya. Selain itu
juga menyesuaikan upah setiap pekerja berdasarkan pekerjaan yang mereka
lakukan, dengan begitu akan tumbuh motivasi mereka dalam bekerja. Sehingga para
pekerja dapat bekerja dengan semangat yang nantinya akan berdampak baik bagi
perusahaan. Berdasarkan pengertian motivasi yaitu suatu kekuatan potensial yang
ada didalam diri manusia yang dapat dikembangkannya sendiri atau dapat
dikembangkan dari sejumlah kekuatan dari luar yang ada berkisar sekitar imbalan
materi dan non materi yang dapat mempengaruhi hasil kerjanya (Winardi, 2001).
Strategi Penangannannya:
Maka diperlukan
pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu
pendekatan individu dan pendekatan organisasi:
1.
Pendekatan Individual
Seorang
karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi yang
bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik,
latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka
seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan
kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh
agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain
itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan
kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres
adalah dengan roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat
memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
2.
Pendekatan Organisasional
Beberapa
penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi
yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat
diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen
untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan,
penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif,
komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut
akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya
dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan
interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
Secara umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi strategi
penanganan individual, organisasional dan dukungan sosial (Margiati,
1999:77-78):
1. Strategi
Penanganan Individual
Yaitu strategi
yang dikembangkan secara pribadi atau individual. Strategi individual ini bisa
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a. Melakukan
perubahan reaksi perilaku atau perubahan reaksi kogtiitif.
Artinya, jika
seorang karyawan merasa dirinya ada kenaikan ketegangan, para karyawan tersebut
seharusnya time out terlebih dahulu. Cara time out ini bisa macam-macam,
seperti istirahat sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang
istirahat (jika menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka
air dingin atau berwudlu bagi orang Islam, dan sebagainya.
b. Melakukan
reiaksasi dan meditasi. Kegiatan relaksasi dan medilasi ini bisa dilakukan di
rumah pada malam hari atau hari-hari libur kerja. Dengan melakukan relaksasi,
karyawan dapat membangkitkan perasaan rileks dan nyaman. Dengan demikian
karyawan yang melakukan relaksasi diharapkan dapat mentransfer kemampuan dalam
membangkitkan perasaan rileks ke dalam perusahaan di mana mereka mengalami
situasi stres. Beberapa cara meditasi yang biasa dilakukan adalah dengan
menutup atau memejamkan mata, menghilangkan
pikiran yang
mengganggu, kemudian perlahan-lahan mengucapkan doa.
c. Melakukan
diet dan fitnes. Beberapa cara yang bisa ditempuh adalah mengurangi masukan
atau konsumsi garam dan makanan mengandung lemak, memperbanyak konsumsi makanan
yang bervitamin seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, dan banyak melakukan
olahraga, seperti lari secara rutin, tenis, bulu tangkis, dan sebagainya (Baron
& Greenberg dalam Margiati, 1999:78).
2.
Strategi-strategi Penanganan Organisasional.
Strategi ini
didesain oleh manajemen untuk menghilangkan atau mengontrol penekan tingkat
organisasional untuk mencegah atau mengurangi stres kerja untuk pekerja
individual. Manajemen stres melalui organisasi dapat dilakukan dengan :
a. Menciptakan
iklim organisasional yang mendukung.
Banyak organisasi
besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi
dengan
menyertakan infleksibel, iktim impersonal. Ini dapat membawa pada stres kerja
yang sungguh-sungguh. Sebuah strategi pengaturan mungkin membuat struktur tebih
terdesentralisasi dan organik dengan pembuatan keputusan partisipatif dan
aliran komunikasi ke atas. Perubahan struktur dan proses struktural mungkin
menciptakan Iklim yang lebih mendukung bagi pekerja, memberikan mereka lebih
banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin mencegah atau mengurangi
stres kerja mereka.
b.
Memperkaya desain tugas-tugas dengan memperkaya kerja baik
dengan
meningkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti tanggung jawab, pengakuan, dan
kesempatan untuk pencapaian, peningkatan, dan pertumbuhan) atau dengan
meningkatkan karakteristik pekerjaan pusat seperti variasi skill, identitas
tugas, Signifikansi tugas, otonomi, dan timbal balik mungkin membawa pada
pernyataan motivasional atau pengalaman berani, tanggung jawab, pengetahuan hasil-hasil.
c.
Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional.
Konflik peran
dan ketidakjelasan diidentifikasi lebih awal sebagai sebuah penekan individual
utama. Ini mengacu pada manajemen untuk mengurangi konflik dan mengklarifikasi
peran organisasional sehingga penyebab stress ini dapat dihilangkan atau
dikurangi. Masing-masing pekerjaan mempunyai ekspektansi yang jelas dan penting
atau sebuah pengertian yang ambigious dari apa yang dia kerjakan. Sebuah
strategi klarifikasi peran yang spesifik memungkinkan seseorang mengambil
sebuah peranan menemukan sebuah catatan ekspektansi dari masingmasing pengirim
peran. Catatan ini kemudian akan dibandingkan dengan ekspektansi fokal
seseorang, dan banyak perbedaan akan secara terbuka didiskusikan untuk
mengklarifikasi ketidakjelasan dan negoisasikan untuk memecahkan konflik.
d. Rencana
dan pengembangan jalur karir dan menyediakan konseling.
Secara
tradisional, organisasi telah hanya menunjukkan melalui kepentingan dalam
perencanaan
karir dan pengembangan pekerja mercka. Individu dibiarkan untuk memutuskan
gerakan dan slrategi karir sendiri.
3. Strategi
Dukungan Sosial.
Untuk
mengurangi stres kerja, dibutuhkan dukungan sosial terutama orang yang
terdekat, seperti keluarga, teman sekerja, pemimpin atau orang lain. Agar
diperoleh dukungan maksimal, dibutuhkan komunikasi yang baik pada semua pihak,
sehingga dukungan sosial dapat diperoleh seperti dikatakan Landy (dalam
Margiati, 1999:78) dan Goldberger & Breznitz (dalam Margiati, 1999:78).
Karyawan dapat
mengajak berbicara orang lain tentang masalah yang dihadapi, atau sctldaknya
ada tempat mengadu atas keluh kesahnya (Minner dalam Margiati, 1999:78).
Ada empat
pendekatan terhadap stres kerja, yaitu dukungan social (social support),
meditasi (meditation), biofeedback, dan program kesehatan pribadi (personal
wellness programs). Pendekatan tersebut sesuai dengan pendapat Keith Davis
& John W. Newstrom, (dalam Mangkunegara, 2002:157-158) yang mengemukakan
bahwa "Four approaches that of ten involve employee and management
cooperation for stres management are social support, meditation, biofeedback
and personal wellnes programs".
1. Pendekatan
dukungan sosial.
Pendekatan ini
dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan memberikan kepuasan sosial kepada
karyawan. Misalnya: bennam game, dan bercanda.
2. Pendekatan
melalui meditasi.
Pendekatan ini
perlu dilakukan karyawan dengan cara berkonsentrasi ke alam pikiran,
mengcndorkan kerja otot, dan menenangkan emosi meditasi ini dapat dilakukan
selama dua periode waktu yang masing-masing 15-20 menit. Meditasi bias
dilakukan di ruangan khusus.
3. Pendekatan
melalui biofeedback.
Pendekatan ini
dilakukan melalui bimbingan medis. Melalui bimbingan dokter, psikiater, dan
psikolog, sehingga diharapkan karyawan dapat menghilangkan stress yang
dialaminya.
4. Pendekatan
kesehatan pribadi.
Pendekatan ini
merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan
secara periode waktu yang kontinyu memeriksa kesehatan, melakukan relaksasi
otot, pengaturan gizi, dan olahraga secara teratur.
Mendeteksi
penyebab stres dan bentuk reaksinya, maka ada tiga pola dalam mengatasi stres,
yaitu pola sehat, pola harmonis, dan pola psikologis (Mangkunegara,
2002:158-159):
1. Pola sehat
Pola sehat
adalah pola menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan kemampuan mengelola
perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan, akan
tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini
biasanya mampu mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur
sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenamya
tantangan dan tekanan cukup banyak.
2. Pola
harmonis
Pola harmonis
adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan
secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dengan pola ini,
individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara
mengatur waktu secara teratur. Individu tersebut selalu menghadapi tugas secara
tepat, dan kalau perlu ia mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain
dengan memberikan kepercayaan penuh. Dengan demikian, akan terjadi keharmonisan
dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang diberikan.
Demikian juga terhadap keharmonisan
antara dirinya
dan lingkungan.
3. Pola
patologis.
Pola patologis
adalah pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai gangguan fisik maupun
sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan menghadapi berbagai tantangan
dengan cara-cara yang tidak memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas
dan waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksireaksi yang berbahaya karena bisa
menimbulkan berbagai masalah-masalah yang buruk.
Untuk
menghadapi stres dengan cara sehat atau harmonis, tentu banyak hal yang dapat
dikaji. Dalam menghadapi stres, dapat dilakukan dengan tiga strategi yailu, (a)
memperkecil dan mengendalikan sumber-sumber stres, (b) menetralkan dampak yang
ditimbulkan oleh stres, dan (c) meningkatkan daya tahan pribadi. Dalam strategi
pertama, perlu dilakukan penilaian terhadap situasi sumbersumber stres,
mengembangkan alternatif tindakan, mengambil tindakan yang dipandang paling
tepat, mengambil tindakan yang lebih positif. Strategi kedua, dilakukan dengan
mengendalikan berbagai reaksi baik jasmaniah, emosional, maupun bentuk-bentuk
mekanisme pertahanan diri. Dalam membentuk mekanisme pertahanan diri dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya menangis, menceritakan masalah kepada
orang lain, humor (melucu), istirahat dan sebagainya. Sedangkan dalam
menghadapi reaksi emosional, adalah dengan mengendalikan emosi secara sadar,
dan mcndapatkan dukungan sosial dari lingkungan. Strategi ketiga, dilakukan
dengan memperkuat diri sendiri, yaitu dengan lebih memahami diri, memahami
orang lain, mengembangkan ketrampilan pribadi, berolahraga secara teratur,
beribadah, pola-pola kerja yang teralur dan disiplin, mengembangkan tujuan dan
nilai-nilai yang lebih realistik.